Alam Indonesia memang kaya akan keragaman hayati. Untuk menggali dan mengembangkan kekayaan alam ini diperlukan tangan-tangan kreati agar berpotensi cukup besar. Ribuan jenis flora dan fauna di Indonesia pada hakikatnya memiliki nilai ekonomi cukup tinggi jika dibudidayakan secara tepat.
Salah satu kekayaan alam Indonesia yang dapat dibudidayakan adalah Jangkrik. Di Indonesia terdapat kurang lebih 132 jenis Jangkrik. Di antara jenis-jenis Jangkrik itu adalah Gryllus Testaceus dan Gryllus Mitratus yang sekarang banyak dibudidayakan. Jangkrik yang hidup di semak-semak dan rerumputan pekarangan atau kebun sekitar rumah kita merupakan jenis Jangkrik yang paling potensial untuk dibudidayakan. Jangkrik ini memiliki siklus hidup nimfa hingga dewasanya sekitar 160 hari untuk betinanya dan 90 hari untuk pejantan.
Setiap indukan Jangkrik mampu menghasilkan lebih dari 500 butir telur. Binatang yang selalu menghiasi malam dengan suara khasnya ini memiliki nilai ekonomi tinggi karena bisa dijadikan sebagai pakan ternak, seperti burung kicau dan ikan arwana. Bahkan zat-zat yang terkandung di dalam tubuh jangkrik disinyalir oleh para ahli dapat dijadikan sebagai bahan untuk pembuatan kosmetik.
Sebenarnya beternak Jangkrik sudah digeluti oleh masyarakat sejak beberapa tahun silam. Ketika itu, permintaan Jangkrik memang baru sedikit karena penggemar burung kicauan tidak sebanyak saat ini. Terlebih, ketika itu banyak penggemar burung kicauan yang belum mengetahui manfaat Jangkrik bagi burung peliharaannya. Jadi sebagian kebutuhan Jangkrik masih dapat diperoleh dari alam.
Seiring dengan banyaknya para pemburu jangkrik dan akibat buruk pestisida, populasi Jangkrik di alam menurun draktis, sehingga semakin sulit mencari Jangkrik di alam. Bahkan, dengan semakin maraknya perlombaan burung kicauan dan semakin banyaknya penggemar burung yang mengetahui khasiat Jangkrik maka semakin sulit Jangkrik dijumpai di pasaran. Akibatnya banyak bermunculan pelaku budidaya atau peternak Jangkrik. Meskipun jumlah peternak Jangkrik semakin banyak, tetap saja kebutuhan Jangkrik sebagai pakan burung kicauan belum mampu dipenuhi.
baca juga: cara budidaya ikan lele untuk pemula
Berdasarkan hasil pengamatan terbukti bahwa Jangkrik sangat potensial untuk pakan burung kicauan, seperti Poksay, Kacer, Heambie, Jalak, Murai dan berbagai jenis burung kicauan lainnya. Dengan makanan ini burung kicauan akan semakin rajin untuk memperdengarkan suara merdunya. Bagi para penggemar burung kicauan, keberadaan Jangkrik menjadi peluang untuk menjadikan hewan kesayangannya menang dalam perlombaan.
Selain sebagai pakan burung, Jangkrik juga dapat dijadikan pakan Ikan Arwana. Dari hasil pengalaman ternyata dengan mengonsumsi Jangkrik maka warna tubuh ikan arwana akan semakin cemerlang. Tentu saja hal ini sangat disukai oleh pemelihara Ikan Arwana sebagai hiasan akuarium di dalam rumah.
Untuk pakan Udang dan Lele, jangkrik tidak diberikan dalam bentuk segar, tetapi dalam bentuk tepung. Berdasarkan pengalaman beberapa pelaku budidaya lele dan udang, setelah diberikan tepung Jangkrik, pertumbuhan Udang dan Lele berkembang pesat.
Jika kita menengkok kembali ke belakang, yakni sekitar tahun 1998, budidaya atau ternak Jangkrik menjadi primadona untuk meraup keuntungan. Dari pengalaman peternak Jangkrik menyebutkan bahwa keuntungan yang diperoleh tidak kurang dari 99% per periode pemeliharaan. Seorang peternak yang membudidayakan 120 kotak Jangkrik dapat meraup keuntungan sekitar Rp. 5.000.00 per-bulan.
Selain keuntungan yang diperoleh sangat besar, waktu yang dibutuhkan untuk budidaya Jangkrik relatif singkat. Perawatannya pun juga sangat mudah dan tidak memerlukan waktu khusus, karena dapat dijadikan sebagai usaha sampilan atau usaha rumahan. Modal yang dibutuhkan juga tidak terlalu besar, serta lahan usahanya pun tidak terlalu luas.