Saat ini Anis Kembang tangkapan dari hutan semakin banyak diminati oleh para pecinta burung kicau. Meskipun saat ini banyak peternak Anis Kembang, tetapi peminat Anis Kembang Tangkapan dari Hutan tak pernah surut.Mungkin karena sensasi perawatan Anis Kembang tangkapan dari hutan lebih menantang daripada Anis Kembang hasil ternak atau tangkaran, mungkin juga karena suara anis kembang hasil tangkapan dari hutan lebih merdu daripada Anis Kembang hasil tangkaran.
Anis Kembang hasil tangkapan dari hutan membutuhkan perawatan khusus, agar burung sehat dan semakin rajin berkicau. Selain itu, Anis Kembang hasil tangkapan dari hutan membutuhkan proses penjinakan. Penjinakan inilah salah satu proses yang akan menentukan berhasil atau tidaknya dalam perawatan Anis Kembang hasil tangkapan dari hutan.
Untuk itu, dalam artikel kali ini, kami akan memberikan beberapa tips khusus perawatan Anis Kembang hasil tangkapan dari hutan agar lekas jinak dan rajin berkicau.
Ketika kita mendapatkan Anis Kembang tangkapan dari hutan, baik itu dari pasar burung maupun dari pengepul, maka langkah pertama yang harus kita lakukan adalah melatihnya untuk beradabtasi dengan lingkungan sekitar dan juga sangkar burungnya.
Apabila kita menggunakan sangkar burung bekas atau pernah digunakan burung lain untuk Anis Kembang yang baru kita peroleh maka kita harus membersihkannya terlebih dahulu. Untuk membersihkan sangkar burung tersebut bisa menggunakan sampo yang mengandung disinfektan dan sudah banyak beredar di pasaran.
Sampo ini berfungsi untuk membunuh kuman dan kutu yang ada di sangkar bekas tersebut. Hal ini karena, sebagian burung termasuk Anis Kembang, enggan untuk menempati sangkar bekas burung lain. Lebih-lebih jika sangkar bekas tersebut masih terdapat bulu, berbau tak sedap, dan masih banyak kotoran burung lain. Untuk itu pembersihan sangkar ini sangat penting agar Anis Kembang yang baru kita dapat mau menempati sarang barunya.
Langkah kedua setelah kita mendapatkan burung Anis Kembang dari hutan ialah menempatkannya di ruangan yang tenang. Hal ini bertujuan agar burung Anis Kembang lebih cepat beradabtasi dengan lingkungan dan juga sangkar burungnya, serta agar burung mengetahui tempat minum dan makannya.
Langkah ketiga, tiga hari atau satu minggu setelah burung ditempatkan di tempat yang tenang, maka sudah waktunya untuk dikeluarkan di tempat yang agak ramai dari aktifitas manusia. Pada tahap ini, kita juga sudah bisa memulai untuk melatih Anis Kembang menjadi jinak. Dalam hal ini, kami menyarankan agar proses penjinakan ini lebih diutamakan, sebab hal ini sangat berpengaruh dalam proses perawatan berikutnya. Misalnya, ketika burung sakit, maka sang pemilik harus melakukan penanganan, di mana ia harus memegangnya. Apabila burung belum jinak, kemungkinan akan melarikan diri dan tidak akan kembali lagi. Namun, jika burung sudah jinak, maka penanganan akan semakin mudah dan burung tidak mudah stress.
Perlu diketahui bahwa, burung yang belum jinak biasanya takut ketika bertemu manusia, dan juga mendengar suara gaduh di sekitarnya. Ketika hal ini terjadi secara terus menerus, maka burung akan stess. Ketika burung stress maka ia akan sulit untuk mengeluarkan suara merdunya alias berkicau. Selain itu, nafsu makan akan berkurang, berat badan turun draktis, sehingga burung menjadi kurus, kondisi badannya menjadi lemah, dan akhirnya mati.
Maka dari itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka burung yang kita peroleh dari hutan sebaiknya dijinakkan terlebih dahulu. Masalah, agar burung bisa berkicau adalah langkah yang harus kita pikirkan belakangan. Sebab, apabila burung sudah merasa nyaman berada di lingkungan baru dan juga sangkarnya, maka akan semakin mudah membentuk burung menjadi burung yang rajin berkicau. Lebih-lebih, jika burung hasil tangkapan dari hutan itu masih muda, maka tingkat keberhasilan dalam menjinakkan dan membentuk burung Anis Kembang menjadi burung kicauan akan semakin tinggi.
Pada proses awal penjinakan, umumnya burung akan mengalami stress, tapi hal itu wajar, karena memang burung belum terbiasa mendengar keramaian dan melihat lalu lalang manusia di sekitarnya. Sehingga wajar apabila burung hasil tangkapan dari hutan pada proses awal penjinakan belum mau berkicau.
Namun, ketika burung sudah mulai terbiasa dan mendapatkan pelatihan, umumnya burung akan mulai berkicau, meskipun disekitarnya ramai dan banyak manusia. Jika burung sudah mulai berkicau meskipun itu cuma ngeriwik (Gak Ngerti Bahasa Indonesianya,,hahahaha), itu berarti kondisi mentalnya sudah mulai membaik dan mulai beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
Dalam proses penjinakan burung itu sendiri sebenarnya ada beberapa cara dan sudah banyak para pakar yang membahasnya. Dalam artikel inipun sebenarnya adalah hasil dari tips-tips yang diberikan oleh para pakar burung kicau–(Karena Aku Bukan Pakar Burung, hehehe)–yang sudah malang melintang dan memenangi berbagai perlombaan. Nah, dari beberapa tips-tips yang diberikan oleh para pakar, berikut ini akan kami paparkan cara menjinakkan burung hasil tangkapan dari hutan, yaitu:
Meletakkan sangkar burung di tempat yang agak tinggi
Apabila kita memiliki burung yang liar¬–(hahaha,,burungnya siapa tu yang liar…pasti punya yang baca artiken ini ya!!…hehehe)¬–lanjut!! Maka kita harus meletakkan sangkar burung di tempat yang agak tinggi dan ramai dari lalu lalang manusia. Sangkar burung jangan digantung atau diletakkan di tempat yang tersembunyi. Lakukan proses ini selama 1 sampai 2 minggu. Setelah itu, posisi sangkar burung agak direndahkan. Lakukan langkah kedua ini selama 1 minggu, kemudian turunkan lagi menjadi lebih rendah secara bertahap sampai posisi normal.
Memandikan burung
Hayo burung siapa yang belum mandi, pasti burung mu belum kamu mandikan kan??hayo ngaku!!sini tak mandiin..hehehhe..sory bercanda..hahahah. Oke cara kedua menjinakkan burung hasil tangkapan dari hutan dengan cara memandikan burung. Dalam hal mandi, biasakan memandikan burung dengan cara dimasukkan ke keramba dalam waktu yang agak atau cukup lama sampai burung mau mandi sendiri. Apabila burung tidak juga mau mandi sendiri, maka tugas si pemilik burung untuk memandikannya. Caranya, mandikan burung dengan semprot sprayer sampai basah kuyup. Setelah itu biarkan burung tetap berada di dalam keramba sampai bulunya agak kering. Setelah kering, burung bisa dimasukkan lagi ke sangkarnya.
Kenapa burung harus dimandikan sampai basah kuyup? Agar burungmu gak nakal! Uup salah! Memandikan burung sampai basah kuyup pada dasarnya bertujuan agar burung merasa lapar. Kok Bisa? Sebab ketika ketika bulu-bulu burung basah, maka burung akan banyak mengeluarkan karbohidrat untuk memanaskan tubuhnya.
Ketika burung lapar dan kita memberinya makanan, maka burung akan merasa bahwa manusia bukanlah ancaman bagi mereka. Sebaliknya, jika proses ini dilakukan secara berulang-ulang, maka burung akan merasa tergantung atas keberadaan kita, sehingga lambat laun burung akan jinak alias manut eng pandum sama pemiliknya.
Mengosongkan tempat makanan di malam hari
Inilah cara paling kejam yang bisa dilakukan manusia terhadap burungnya termasuk burungmu. Maka perlakukanlah burungmu sebaik-baiknya, agar ia tidak nakal dan tidak merusak sangkar burung yang telah dirawat dengan baik oleh pemiliknya. Opo maksute???pikiren dewe..hehehe..lol.
Oke, masuk ke persoalan. Mengosongkan tempat makan burung di malam hari bertujuan agar di pagi hari burung merasa lapar. Dalam kondisi tersebut, berilah makan jangkrik atau sejenisnya dengan cara menusuknya dengan lidi. Jika burung tidak mau makan jangkrik tersebut, tarik lagi. Ulangi lagi hal yang sama 5 atau 10 menit kemudian. Kalau tetap masih tidak mau, tunda lagi. Begitu seterusnya, sampai sekitar pukul 10.00. Kalau sampai jam 10.00 belum mau memakan jangrik juga, tinggalkan jangkrik di tempat pakan biar dimakan.
Siang hari, kita coba-coba lagi memberi jangkrik dengan lidi, dan begitu pula sore hari. Setelah terbiasa dengan lidi, coba langsung diberikan dengan tangan. Maksud dari proses ini adalah membuat burung kelaparan dan merasa tergantung pada manusia dan secara tidak langsung akan melatih mentalnya supaya berani kepada manusia.
Cara menjinakkan burung seperti itu memang membawa sejumlah konsekuensi, misalnya burung yang semula sudah mau bunyi atau sekedar ngriwik, jadi agak macet akibat stres. Burung yang tadinya mulus, jadi luka atau rusak bulu-bulunya. Akan tetapi semua itu adalah bagian dari proses. Pilihannya balik lagi ke diri kita masing-masing, apakah kita mau pakai jalan yang cepat atau jalan yang biasa.